Selasa, 29 September 2009
salam jumpa kembali
Jumat, 02 Januari 2009
pendapat tentang kumon
Ikut nimbrung, ya.....
Menurut saya antara kumon dan sempoa sama saja. Hanya menekankan pada kecepatan
berhitung tanpa mengembangkan aspek logika.
Dan saat anak disodorkan soal cerita, mrk akan kesulitan.
Pengalamanku, saat anak berusia 3 thn, aku masukkan ke I-maths. Kursus ini
menerapkan sistim bermain sambil belajar. Selama les, mrk banyak menggambar yg
berkaitan dengan berhitung. Tanpa disadari anak2 mulai belajar penambahan dan
pengurangan dasar.
Awalnya, saya sempat bingung mengikuti metodenya. Apakah tujuan mengenalkan
angkanya bisa tercapai? Tapi saya tidak memperdulikannya, karena tujuan saya
hanya ingin memberi kegiatan " bermain yg berbobot", bukan utk menjadikan anak
saya juara kelas nantinya.
Nah......setelah anak saya masuk TK A, saya melihat anak saya menulis soal2
matematika sendiri (tanpa saya suruh), penambahan dan pengurangan
dasar.....lalu menjawabnya sendiri. Trus saya coba mencari soal2 matematika utk
kelas TK, ternyata.......soal2 matematika yg anak saya kerjakan adalah utk
kelas 1 SD. Saya sangat terkejut. Apalagi tidak terlihat ada beban pada anak
saya.
Kemudian saat anak saya sudah bisa baca (TK B) saya coba memberi soal2 cerita.
Kembali saya terkejut. Ternyata anak saya mampu mengerjakan soal2 cerita utk
kelas 1 SD.
Padahal banyak ortu (kawan2 saya) mengeluh anak2nya bisa membaca lancar tapi
tidak mengerti apa isi bacaan itu.
Yg membuat saya kagum, bahwa dengan metode I-Maths (bermain sambil belajar
matematika) daya logika anak saya sangat terasah. Dan anak2 saya bisa sangat
"akrab" dengan angka, dan tidak trauma jika melihat soal2 matematika.
implementasi pelajaran agama islam
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, kawan selamat pagi saya Isa Anshori sekarang bertugas di program Dialog bersama kawan-kawan dari Nara Qualita Aqsana. Kita pagi ini bicara praktek…atau bicara soal implementasi pendidikan agama pada anak-anak. Kalau bicara konsep barangkali negara kita paling jago, kalau bicara soal teori barangkali sudah tidak dipertanyakan lagi keahlian atau kepiawaian dari ilmuwan-ilmuwan kita untuk mempelajari apapun ilmu yang ada termasuk ilmu-ilmu agama. Baik kawan... pagi ini sekali lagi kalau kita bicara soal teori atau kalau kita bicara soal konsep apapun konsep keilmuan atau teori keilmuan, yang jelas dari negara kita punya jago-jago ilmuwan yang memang sudah tidak asing lagi untuk kita amati dari berbagai materi yang setiap hari tersaji di media massa baik itu cetak maupun elektronik. Tapi dalam praktek barangkali inilah yang perlu kita pertanyakan. Yang kita bahas adalah praktek pendidikan agama atau implementasi dari pendidikan agama yang telah diterima oleh anak-anak kita yang ada di sekolah atau yang telah diterima oleh anak-anak kita mungkin... di pondok pesantren sekalipun. Jadi seperti apa karena ada kecenderungan orang tua sekarang ini mulai bingung, mulai resah karena memang betapa sulitnya untuk bisa memberikan pendidikan agama atau memberikan contoh yang baik pada anak-anaknya terutama dalam praktek peribadatan. Bersama dua orang nara sumber, Bapak Sultan Amir…Pak Sultan assalamu alaikum bapak…(wa alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh)...
Bersama Pak Sultan Amin, disamping Pak Sultan ada Bapak Dwi Priyo, Pak Dwi, selamat pagi assalamu alaikum (waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh)...Pak Dwi kepala SD Alam Insan Mulia...baik ini barangkali baru kali ini datang...(inggih...inggih).