Ikut nimbrung, ya.....
Menurut saya antara kumon dan sempoa sama saja. Hanya menekankan pada kecepatan
berhitung tanpa mengembangkan aspek logika.
Dan saat anak disodorkan soal cerita, mrk akan kesulitan.
Pengalamanku, saat anak berusia 3 thn, aku masukkan ke I-maths. Kursus ini
menerapkan sistim bermain sambil belajar. Selama les, mrk banyak menggambar yg
berkaitan dengan berhitung. Tanpa disadari anak2 mulai belajar penambahan dan
pengurangan dasar.
Awalnya, saya sempat bingung mengikuti metodenya. Apakah tujuan mengenalkan
angkanya bisa tercapai? Tapi saya tidak memperdulikannya, karena tujuan saya
hanya ingin memberi kegiatan " bermain yg berbobot", bukan utk menjadikan anak
saya juara kelas nantinya.
Nah......setelah anak saya masuk TK A, saya melihat anak saya menulis soal2
matematika sendiri (tanpa saya suruh), penambahan dan pengurangan
dasar.....lalu menjawabnya sendiri. Trus saya coba mencari soal2 matematika utk
kelas TK, ternyata.......soal2 matematika yg anak saya kerjakan adalah utk
kelas 1 SD. Saya sangat terkejut. Apalagi tidak terlihat ada beban pada anak
saya.
Kemudian saat anak saya sudah bisa baca (TK B) saya coba memberi soal2 cerita.
Kembali saya terkejut. Ternyata anak saya mampu mengerjakan soal2 cerita utk
kelas 1 SD.
Padahal banyak ortu (kawan2 saya) mengeluh anak2nya bisa membaca lancar tapi
tidak mengerti apa isi bacaan itu.
Yg membuat saya kagum, bahwa dengan metode I-Maths (bermain sambil belajar
matematika) daya logika anak saya sangat terasah. Dan anak2 saya bisa sangat
"akrab" dengan angka, dan tidak trauma jika melihat soal2 matematika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar